Ayam berkokok beriringan dengan anggungan burung
perkutut, saling bersahutan. Kukuruyuk-kukuruyuk ... Hurketekung kung kung ...
suaranya bertalu-talu menghiasi pagi. Membangunkan para penghuni rumah di pojok
desa seberang sungai.
Sebuah perkampungan yang jauh dari perkotaan, memberikan
nuansa damai penuh keriangan masyarakat. Dengan mata pencaharian pokok
sebagai petani, mampu menumbuhkan semangat untuk saling bahu-membahu. Menyelesaikan
pekerjaan dengan cekatan menguatkan tali silahturahmi melalui gotong-royong memberikan bekal baru.
Musim penghujan telah tiba, banyak hsl yang rutin dilaksanakan. Berkat dukungan semua pihak, di perkuat amanat perangkat desa untuk merealisasikan pola hidup bersih dan sehat, mengagendakan kebersihan lungkungan termasuk membersihkan selokan pada hari senggang.
Rutinitas telah membudayakan kesigapan masyarakat, seperti biasanya para warga menyiapakan perlengkapan kebersihan. Selokan yang ada di depan Balai Pertemuan menjadi prioritas awal, karena tiap turun hujan pelataran selalu tergenang.
Rutinitas telah membudayakan kesigapan masyarakat, seperti biasanya para warga menyiapakan perlengkapan kebersihan. Selokan yang ada di depan Balai Pertemuan menjadi prioritas awal, karena tiap turun hujan pelataran selalu tergenang.
Di pagi buta suasana hening masih menyelimuti hunian sederhana di batas desa. Sekitar pukul lima pagi seorang ibu bersama putrinya yang bersama Santun tampak sibuk di dapur menyiapkan makanan dan minuman. Sedangkan sang ayah sibuk dengan putranya yang bernama Budiman. Sebuah keluarga yang sederhana menunjukan kepiawaiannya dalam berkeluarga.
Di sela-sela kesibukan terdengar ucapaan dari dari “Santun
pagi ini kita masak yang banyak ya nak, karena nanti kita akan bekerja bakti
bersama warga desa” kata ibu dengan lembut kepada putrinya yang lagi membuat
kopi dan teh di dalam gelas. “Baik ibu kita nanti masak apa ya untuk sayur, ini
nasinya juga sudah hampir matang” kata Santun kepada ibunya. “Coba tanya ayah
ingin di masakan apa? Itu ayah sama Budiman lagi di kandang belakang”
Berjalanlah Santun menuju kandang di belakang rumah,
begitu sampai terjadilah percakapan. “Selamat pagi ayah dan adik Budiman,
sregep sekali pagi ini sudah bersih-bersih di sini! Kata Santun sambil bertepuk
tangan bahagia melihat ayah dan adiknya tersenyum.
“Selamat pagi sayangku yang cantik, ini ayah sama Budiman
sengaja pagi membersihkan kandang karena nanti siang ada kerja bakti nak, ini
Budiman juga membantu ayah” kata ayah penuh bangga pada putrinya. “Begini ayah
tadi ibu bilang, mau dimasakan apa pagi ini? tanya santun kepada ayah. Hai Budiman
kemari sebentar kata ayah sambil melambaikan tangan kepada putranya yang
tampan. “Iya ayah saya sudah datang” kata Budiman sambil tersenyum.
“Kakakmu Santun kemari mau menawari kita dimasakan apa
ayoo?” kata ayah. “Asyik aku milih dibuatkan sayur rebung ayah, bagaimana kak
Santun, pasti enak sekali? Kata Budiman dengan riangnya. “Tapi kita belum ambil
rebung Adik Budiman, bagaimana kalau ayah yang ambil di pekarangan belakang? Kata
Santun sambil memohon kesediaan ayahnya.
“Aku saja ayah yang ambil, aku sudah bisa mengambilnya
kok, tapi dibantu kak Santun ya ayah” kata Budiman. Baiklah kalau begitu segera
ambil peralatanya di gudang itu ada linggis dan sabit, hati-hati ya nak” kata
ayah kepada mereka. “Baik ayah kami siap menuruti nasehat ayah dengan senang
hati, tunggu kita datang ya ayah” kata Budiman.
“Kak Santun ayo bantu aku ambil peralatan ya, biar aku
yang membawa linggis dan kakak yang membawa sabitnya saja” kata Budiman sambil
menuju gudang belakang. Dicarinya satu persatu peralatan di gudang namnun tidak
menemukannya. Pojok demi pojok tidak ditemukannya, “diatruh dimana ya sama ayah
peralatannya ini sampai bingung aku mencarinya” kata Budiman. “Baiklah adik
Budiman biar aku yang mencarinya” kata Santun. “Ini adik sudah ketemu ada di
bawah almari tengah itu alatnya” seketika mereka berangkat menuju pekarangan
belakang.
Sangat dekat letak pekarangannya sehingga mereka tidak
kawatir. Mulailah memilih bambu muda yang mudah untuk diambil. Akhirnya di
temukan bambu muda yang diininkan dengan bonggol besar dan masih muda. “Ini kak
santun kita oilih ini saja ya, bonggolnya besar dan masih pendek pasti empuk
nanti di masak” kata Budiman sambil menunjukan bambu muda di ujung bongkahan
tanah yang mengunduk tinggi. “Benar Adik itu besar sekali tentu empuk dimasak”
kata santun riang gembira.
Begitu selesai mengambil bambu muda, mereka berdua menuju
rumah dan memberikannya kepada ibu. “ini ibu sudah ada bambu muda untuk masakan
kita” kata Santun kepada ibunya. “kalian ini pintar sekali nak bisa mengambil
bambu muda, hayoo ini tadi pesanannya siapa menu masakan rebung” kata sang ibu.
“Adik Budiman ibu yang pesan katanya pingin masakan rebung yang empuk untuk
menu hari ini” kata Santun.
“Baiklah sekarang kita kupas dan iris tipis-tipis ya
sayang” kata ibu kepada putra dan putrinya. “Baik ibu kita siap melaksankan
dengan senang hati kata mereka kompak”. Selang beberapa saat sudah selesai
membersihkan rebung dengan mengupasnya hingga tampak bambu dalam yang putih
dengan bonggol besar. Berikutnya tinggal mengiris tipis-tipis biar enak. “Kak
santun aku saja yang mengiris ya, kakak bersama ibu meramu bumbu dapur biar
cepat selesai, kasihan ibu sudah capek kan? Kata Budiman sambil tersenyum.
“Baiklah adikku yang tampan, nanti kalau sudah selesai
bawa ke dapur kita masak karena ini perlu merebusnya dulu sampai empuk” kaya
Santun. “Benar kakak aku akan mengirisnya perlahan biar aman” kata Budiaman. Sambil
bernyanyi “Du di du di dam ... du di du di dam...” Budiman mengiris bambu muda
dengan cekatan, tak terasa hampir
selesai tinggal membasuh dengan air yang mengalir supaya bersih.
“Ini ibu sudah selesai mengirisnya, capek aku mau minum
dulu” kata Budiman kepada ibunya sambil menyerahkan bambu muda yang telah di
iris. “Pinter putraku, ini minum ibu ambilkan segelas air putih di habiskan ya”
kata ibu sambil memberika segelas air. “Terimaksaih ibuku telah mengambilakna
aku air minum” kata Budiman. Tak terasa sudah hampir jam tujuh saat memandang
jam dinding di ruang dapur. “Ibu hari ini ayah akan kerja bakti, bolehkan aku
ikut bersama bergotong royong”. Kata Budiman “Boleh anakku, ayo segera panggil
ayah di belakang untuk segera berangkat, sudah pukul tujuh ini nak” kata ibu
kepada Budiman.
Dengan senang hati Budiman mengikuti kerja bakti bersama
ayah, untuk membersihkan gorong-gorong di depan Balai Pertemuan. Dengan
berbekal peralatan sederhana untuk membantu menyelesaikan pekerjaan bersama
masyarakat kampung. Dengan bergotong royong, pekerjaan semakin cepat selesai
dan mampu menumbuhkan jiwa sosial antar warga masyarakat. Santun dan.Budiman sosok yang mengilhami dalam berbudi yang patut untuk kita renungkan (endry) #RCO6 #OneDayOnePost #semangat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar