Rimbun
pepohonan nampak lebat menutupi halaman depan rumah bercat kuning. Sangat lebat
hingga bentuk rumah kian tak nampak. Daun pohon nangka dan mangga tersingkap
tertiup angin gunung wilis.
Bunga
berdaun hijau dan kuning merambat mencengkeram kuat batang pohon. Sulur akar
bergelantungan berjuntai ke tanah.
Tanda
kehidupan nampak di rumah yang tertulis 77, menandakan periode pembangunan kala
itu. Sangat khas bentuk dan warna kejayaan dimasa lalu.
Sebuah
sangkar tergolek di ujung teras depan, bertengger burung anggungan berkalung.
Derkuku kugeru perkutut nampak riang dalam sangkar bambu.
Mengetuk
pintu untuk menyusuri, membuka dengan hati-hati. Begitu terbuka terdengar
anggunguan merdu bertalun-talun. Tiada henti menyapa dengan keras tak berjeda
bersuara.
Melangkah
dengan perlahan mengamati sekeliling, terdengar suara meringkik bertubi-tubu
dengan suara yang kecil berjerit-jerit. Melengking terdengar keras di
keheningan.
Menengadahkan
ke atas, kesamping dan ke pojok belum juga menemukan sumber asal suara meringkik
yang kian keras, dibarengi suara kepakan sayap.
Terperanggah
begitu mendekati kelambu coklat tersingkap angin dari luar yang berdebu. Ada
sosok mata berkedip-kedip bulat sekali berwarna hitam.
Bertengger
pada kayu mencengkeram erat batang pohon asam. Berperawakan kecil dengan bulu
kecoklatan, berparuh pendek nan runcing, bermata bulat mendelik tak berkedip
menatap garang, leher berputar hingga kebelakang nyaris terlepas.
Merinding
sekali seakan terlihat setan dalam benak ini, bulu kuduk terasa tebal dan
dingin, tangan terasa kaku, kaki sulit bergerak dan nafaspun tersengal. Ingin
segera lari menjauh secepat kilat meninggalkan.
Dalam
keheningan dan kekakuan munculah sosok kecil terbang berwarna coklat melintas
di atas kepala ini. Menyerupai kecoak dengan warna gelap kehitaman dengan kaki
panjang.
Baru
berhenti di lantai dekat selembar kertas berwana merah. Sedetik berselang
sekekebat tedengar raungan keras berbarengan kepakan sayap begitu kuat
menyergap dengan paruh dan jari mencengkeram.
Seketika
kecoa tak bernyali di cengkeram seekor burung yang sejak tadi bertengger dengan
seramnya. Begitu menerkam langsung terbang menuju singgasana di ujung pojok
dekat kelambu.
Lihai
sekali si Jack burung celepuk dengan kecakapan ini. Tiap saat di latih untuk
waspada dan sigap mengikuti petunjuk. Saat di berikan makanan kita cukup
memanggil "Jack jack" dia sudah.datang mendekat ditangan.
Si
Jack yang baik tidak menunjukan sosok seramnya seperti di kisahkan burung
hantu. Namun lucu menghibur dengan jogetan gelengan kepala. Pintar sekali di
panggil mendekat bertengger mendengarkan siaran radio bersama sambil
manggut-mangut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar