Pernahkah kita melewati jalan berbatu tanpa aspal
menutupinya? Apa yang kita rasakan kitika melewatinya? Menyusuri jalan
setapak menuju pematang sawah perbatasan kampung. Jalan makadam berbatu tertata
rapi, belahan batu menancap erat mengikuti jalur jalan. Saling berhimpitan antar
batu membentuk media jalan, betapa kuat menutup tanah. Menikmati jalan dengan
penuh waspada supaya tidak tersandung.
![]() |
from Flickr |
Nampak rata dari ujung hingga masuk area persawahan. Bagian tepi kian tertutup debu, nyaris tak tampak sebuah jalan makadam. Bebatuan menambah nuansa alam pedesaan, nan elok dengan panorama alami. Tak ingin segera berlalu menikmati jalan setapak berbatu. Batu menyatu dalam kekuatan menggambarkan kesatuan yang terpisahkan.
Berbatang keras berwarna coklat kehitaman, berdaun kecil
berwarna hijau dengan dahan menutupi jalan. Menyatukan dahan kanan dan kiri,
berpadu mengaitkan helai daun. Berbuah lebat dengan warna coklat tua
menggantung dengan kuat sepanjang dahan. Pohon asam dengan batang besar tampak rindang,
berjajar menyusuri jalan hingga ke ujung.
Pohon yang tumbuh di tepi jalan kian menambah kesejukan tiada
terkira. Melewatinya akan merasakan sebuah nuansa yang nyaman, memberikan kesan
damai dengan pengayoman yang abadi. Dengan kesejukan yang dimiliki menambah kekuatan
sebuah pohon untuk menunjukan diri. Betapa pentingnya pohon untuk kehidupan.
Berjalan dengan nyaman tak terasa sudah sampai di
penghujung jalan yang tak berbatu. Sebagai tanda semakin dekat dengan tempat
yang dituju, sebuah hamparan ladang yang mengering. Tanpa ada tanaman yang
tumbuh kecuali ilalang yang menutupi tanah berbatu. Aneka tumbuhan liar
mengering diatas tanah yan menganga tanpa air.
Berharap segera berlalu, cuaca panas kian tak terelakan. Dahaga
mulai terasa, tenggorokan semakin kering. Mengusap dahi menyeka dengan jemari tangan.
Semoga kita semakin bijak dengan fenomena alam seperti ini, senantiasa untuk
peduli pada lingkungan. Dengan kepedulian kita akan menambah rasa syukur akan
nikmat karunia.
#OdopBatch7 #OneDayOnePosting
Waah keren Pak Eko👍👍
BalasHapusAmin, terimakasih ibu Riana, bagaimana pernah melewati jalan berbatu kan
Hapus#semangat
Amin, terimakasih ibu Riana, bagaimana pernah melewati jalan berbatu kan
Hapus#semangat
Tulisan yang bagus
BalasHapusJalan Makadam, daerah manakah itu Pak?
BalasHapusKeren pak
BalasHapusWah keren...
BalasHapusKalau di daerahku batu nya tak beraturan, jadi kadang ada yang tajam bgd....
apakah jalan berbatu yang diceritakan persis seperti gambar ilustrasi di dalam tulisan ini kah? kalo batunya bagus kayak digambar, aku juga ingin lewat walaupun telanjang kaki.
BalasHapusPernah saya melewati jalan bebatuan, rasanya wow bgt
BalasHapusMantap pak ekoo
BalasHapusKeren
BalasHapusBtw, Jalan Makadam itu di mana, Kak?
Penasaran sama jalan makadam...ide tulisannya menarik pak...salam
BalasHapusPenasaran sama jalan makadam...ide tulisannya menarik pak...salam
BalasHapusJadi terbawa susana nyaman dan kesejukannya...
BalasHapusbaguus...
Semangat
BalasHapusSemangat terus menulis, Pak Eko!
BalasHapusKereeen
BalasHapusMerindukan suasana senyaman itu